Friday, March 6, 2009

Cukup: Syukuri Apa yang Dimiliki

Alkisah, seorang petani menemukan sebuah mata air ajaib. Mata air itu bisa mengeluarkan kepingan uang emas yang tak terhingga banyaknya. Mata air itu bisa membuat si petani menjadi kaya raya seberapapun yang diinginkannya, sebab kucuran uang emas itu baru akan berhenti bila si petani mengucapkan kata "cukup".

Seketika si petani terperangah melihat kepingan uang emas berjatuhan di depan hidungnya. Diambilnya beberapa ember untuk menampung uang kaget itu. Setelah semuanya penuh, dibawanya ke gubuk mungilnya untuk disimpan di sana . Kucuran uang terus mengalir sementara si petani mengisi semua karungnya, seluruh tempayannya, bahkan mengisi penuh rumahnya. Masih kurang! Dia menggali sebuah lubang besar untuk menimbun emasnya. Belum cukup, dia membiarkan mata air itu terus mengalir hingga akhirnya petani itu mati tertimbun bersama ketamakannya karena dia tak pernah bisa berkata "CUKUP".

Hampir semua pegawai merasa gajinya belum sepadan dengan kerja kerasnya. Pengusaha merasa pendapatan perusahaannya masih di bawah target. Istri mengeluh suaminya kurang perhatiana atau sebaliknya. Anak-anak menganggap orangtuanya kurang murah hati. Semua merasa kurang dan kurang. Kapankah kita bisa berkata "CUKUP"?

"Cukup" tidak bisa diukur dengan berapa kekayaan materi yang dimiliki. Mengapa demikian?? Karena "cukup" adalah persoalan kepuasan hati. "Cukup" adalah kata yang hanya bisa diucapkan oleh orang yang bisa mensyukuri.

Tak perlu takut berkata "cukup". Mengucapkan kata "cukup" bukan berarti kita berhenti berusaha dan berkarya. "Cukup" jangan diartikan sebagai kondisi stagnasi, mandeg dan berpuas diri... Mengucapkan kata "cukup" membuat kita melihat apa yang telah kita terima, bukan apa yang belum kita dapatkan. Jangan biarkan kerakusan manusia membuat kita sulit berkata "cukup". Belajarlah mencukupkan diri (mensyukuri) dengan apa yang ada pada diri kita hari ini, maka kita akan menjadi manusia yang berbahagia.

No comments: